Minggu, 12 Oktober 2014

Konservasi Makna Idul Adha Oleh ; Misruji



Nabi Ibrahim as adalah sosok nabi yang wajib di percayai kenabiannya. Kisah pencariannya tentang tuhan yang banyak ssekali memberikan inspirasi tentang pencarian jati diri manusia untuk bertuhan. Namun kisah Nabi ibrahim as tak berhenti sampai disitu saja. Nabi Ismail as yang merupakan salah satu  anak kandung laki – laki yang diperoleh dengan istrinya yang bernama sitti hajar panjang kisah kenabian Nabi Ibrahim as. bernama sitti hajar panjang kisah kenabian Nabi Ibrahim as. Kisah kenabian Nabi Ibrahim as teruji oleh datangnya sebuah mimpi yang dianggap wahyu atau perintah  dari ALLAH SWT selama tiga hari berturut – turut. Dalam mimpinya tersebut Nabi Ibrahim as diperintahkan untuk menyembelih anaknya yaitu  Nabi Ismail as. Akan tetapi pada saat Nabi Ibrahim akan menyembelih anaknya tersebut dengan izin ALLAH SWT Nabi Ismail as langsung berubah menjadi seekor kambing. Begitulah kisah Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as yang sampai kini diperingati oleh seluruh umat islam dengan hari raya idhul adha yang pada perayaannya umat islam diwajibkan untuk kurban bagi yang mampu. Hari raya idhul adha ini bertepatan dengan para umat muslim melaksanakan rukun islam yang kelima yaitu naik haji (bagi yang mampu).


Pada saat naik haji ini mempunyai makna yang begitu besar yang dapat kita ambil sebuah hikmah mendalam. Pada saat melaksanakan haji ada pakaian wajib dikenakan, hal  ini mengingatkan  bahwa derajat manusia  di sisi tuhan itu sama akan tetapi iman dan taqwa merupakan ukuran yang di teliti oleh ALLAH SWT. Dan pengambilan makna tentang ini juga berlaku juga untuk pembagian potongan daging hasil kurban.
Apa yang terjadi dengan pemaknaan ini?
Tak cukupkah ahli tafsir di negeri ini?
Kurang bijakkah takmir masjid kita akhir – akhir ini ?

Hari ini pembagian kupon untuk pengambilan daging kurban sudah merata yang artinya miskin enggak  rata dapatnya. Dengan fenomena seperti ini menjadi suatu hal tidak dapat kita terus terusan membiarkan hal ini. Ketidak jelasan target tentang pembagian daging kurban menjadi sebuah paradigma yang harus diubah.  Hal ini dapat disebut konversi makna yaitu peralihan sebuah arti yang mendalam tentang penggunan yang disebabkan oleh waktu. Agar tidak terjadi suatu hal yang sembrono dalam pembagian daging kurban ini Setidaknya takmir masjid yang mengadakan pemotongan kurban mau bekerja sama dengan instansi yang mempunyai data seluruh penduduk yang jelas, salah satu contohnya kepala desa yang tentunya mempunyai data lengkap seluruh penduduk yang ada di sebuah desa yang dia pimpin.  Dengan begitu setidaknya ada data yang jelas juga tujuan yang ingin dicapai juga dirasa cukup akurat. Kepala desa juga dapat mengetahui dengan jelas keadaan masyarakat sekitarnya dari sisi ekonomi serta keadaan warganya secara lebih real.  Dengan proses seperti ini tentu meminimalisir terjadinya kesalahan target penerima daging kurban. Niatan seorang penyumbang kurban tentu untuk dibagikan kepada seluruh warga yang dirasa kurang beruntung atau fakir miskin. Dari sini saja kita sudah menyiakan niat ikhlas si penyumbang hewan kurban tersebut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar